Muaziza

Seseorang yang ingin belajar dan terus belajar. Bekerja sebagai guru di SMAN 1 Tebas, kabupaten Sambas, provinsi Kalimantan Barat ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Secerah Senyum di Wajahnya

Secerah Senyum di Wajahnya

Setelah sholat Ashar, aku duduk terdiam di beranda rumahku. Menikmati sejuknya angin semilir yang menerpa wajahku. Tiba-tiba ada suara anakku memanggil-manggil.

“Ummi…Ummi… ada telpon yang masuk,” jerit anakku yang kecil sambil berlari ke arahku. Usianya baru 6 tahun lebih. Segera kuraih Handpone yang ada di tangannya sambil mengecup pipinya dengan lembut.

Terdengar suara menanyakan apakah sore itu aku berada di rumah. Aku jawab iya, karena memang sore itu aku tidak punya agenda jalan-jalan kemanapun.

Tidak terlalu lama menunggu, kudengar suara sepeda motor mendekat ke rumahku. Setelah bertegur sapa dan saling menanyakan kabar, sesorang yang merupakan mantan siswaku menyampaikan maksudnya.

Aku sudah menduga maksud kedatangannya, apalagi di sepuluh terakhir Ramadhan. Mungkin ia meminta aku menyalurkan zakat profesi dan hartanya yang selalu dilakukannya setiap tahun. Ternyata dugaanku benar. Ia meminta agar aku menyalurkannya kepada orang yang kurang mampu. Setelah mengobrol kurang lebih setengah jam, ia pun pulang. Segera ku buka kantong plastik tersebut, ternyata uang zakat tahun ini meningkat empat kali lipat dibandingkan tahun lalu.

Kuambil amplop di kamarku. Kuisi dengan uang pecahan Rp 100.000 untuk dibagikan kepada orang yang kurang mampu.

Keesokan harinya, dengan ditemani kakakku dan salah satu mantan siswiku kami menyalurkan uang zakat tersebut. Berbagai ekspresi terlihat diwajah mereka. Ada senyuman, tawa, bahkan ada yang menangis sebagai tanda rasa bahagia dan syukur juga terharu. Tanpa sadar, perasaanku pun ikut terhanyut oleh suasana yang mengharu biru. Ingin aku memeluk ibu-ibu tua yang menangis. Tapi itu tidak mungkin kulakukan karena masih terjadi pandemi Corona. Jangankan untuk memeluk, bersalaman saja aku tidak berani.

Setelah mengucapkan salam dan berpamitan untuk pulang. Tiba-tiba seorang ibu tua menarik tanganku. Ia meminta ijin untuk mencium pipiku dan memelukku. Aku bingung harus bersikap bagaimana.Tapi aku segera menganggukkan kepala. Setelah memeluk dan menciumku. Ibu itu menangis kemudian tersenyum manis sambil mengucapkan terima kasih yang mendalam atas kesediaanku memperhatikannya selama ini.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren ibu

04 Jul
Balas

Terima kasih. Mohon masukannya

04 Jul

Ya Allah,,, mampukan lah kami agar kami tiada putus bersedekah. Lanjutkan bunda...

06 Jul
Balas

Alhamdulillah, jadi senang dan bersemangat untuk bersedekah setelah membaca tulisan ini

04 Jul
Balas

Iya bunda, terasa damai di hati saat melihat senyum mereka yang sangat menghargai rezeki yang mereka terima

04 Jul



search

New Post